Monday, February 21, 2011

Campionato de Inferno Only

Tiga tahun silam, bisa dibilang sayalah Sang Capolista. Kini hanyalah tim semenjana yang hanya berusaha menghindari lembah degradasi sembari berharap dewi fortuna berpihak.
Ya, tiga tahun silam, rasanya seperti sudah di  giornata penghujung. Status capolista yang hanya berjarak kurang dari tiga angka di atas tiga kompetitor utama. Di pekan akhir harus bertemu tim yang sudah berjasa mau bekerja sama seperti dalam pertukaran pemain, yang akan terjerembab ke divisi dua bila tak meraih angka. Lupakan capolista. Selamatkan mereka, lanjutkan musim depan bersama! Capolista yang di depan matapun benar-benar lepas. Tapi saya mendapat lebih dari sebuah gelar.

Namun kini, cerita berbeda. Bermain di liga yang maha dahsyat, di babak kualifikasipun kini masih tertatih. Tapi aku datang sebagai pemburu capolista. Tak akan berhenti, tak mau jadi tim semenjana, bukan kacangan, tempat saya di zona eropa! Saya harus berusaha! Musim belum usai.
Ganbatte

Pengemis

Minggu ini, minngu-minggu boxing. Ya, ujian praktek, penuh drama, bukan kata kiasan, tapi memang drama. Malam ini aku kerjakan drama bahasa jawa. Kebetulan mendapat tema patriotisme. Cerita dan pengalaman yang aku dapat mengenai patriotisme dan nasionalisme di negeri Sakura aku angkat dalam cerita drama bahasa Jawa kali ini. Dengan sedikit gubahan tentunya.
Ketika aku mulai ngetik, ide dengan lancarnya muncul karena memang dari pengalaman. Tapi, pas mau ngetik, eh, bahasa jawanya apa ya? Sial, orang jawa kok gag mudeng bahasa Jawa. Pye tho ki? Salah satu kata dari drama bahasa Jawa ku adalah pengemis.
"Bu, bahasa Jawane pengemis tu ndak wong njaluk-njlauk?", tanyaku pada ibuku yang Jawa tulen. "Ngawur! Pengemis yo pengemis!", jawab ibuku. "Ceritane dulu itu orang kurang mampu kalo hari kamis, pada silaturahim ke kyai besar yang memang hari kamis bagi-bagi rezeki atau sodaqoh. Kalo mau ngajak temennya, mereka bilang, ikut ngeMIS ra?", lanjut ibuku.
owalah

Thursday, February 03, 2011

Cerita Sosial Care (telat, :D)

Assalamu 'alaykum sobat blogger! Akhirnya balik bisa nge-pos lagi. Tapi sebenarnya bukan karyaku sih. Ini karya temenku Andhika Tatag. Kebetulan malam ini aku ngerjain laporan sosialcare yang uda aku n temen-temen sekelompok yang terdiri dari aku, anin, aji, amal, tatag, annisa (caca), azan, dan yopi laksanain akhie desember tahun lalu tepat sepulangku dari Negeri Sakura. *hesyeh malah ngguayaa. Aku bagi tugas bikin laporannya, aku finishingnya, sementara diary nya dibikin Tatag.
Oh ya, sebelumnya, sosial care adalah kegiatan siswa-siswi SMA N 3 Semarang yang peduli ama lingkungan sosial di kota Semarang. Bentuk kepeduliaannya itu berupa pengabdian di panti-panti yang udah ditunjuk oleh sekolah. Panti yang dijadikan tempat cari nilai, eh kerja, eh sosial care diantaranya panti asuhan, panti jompo, dan yang paling ekstrem yaitu panti karya yang isinya orang-orang psikotik, gelandangan, cacat mental dsb yang tinggal di satu tempat. Entah sial atau sebuah keberuntungan, kelompok kami dapet jackpot! Ya, Panti Karya Margo Widodo yang terletak di Jalan Tugu, km 9 Semarang. Suraaaam! Dari cerita kelompok lain yang pada kloter sebelumnya disana, memang suraam. Setiap pagi mandiin orang-orang gila, bersihin kandangnya, pokoknya ekstrem dah. -__-
Lebih lengkapnya, ini dia diary sosial care kami selama 4 hari dengan sudut pandang Tatag sebagai orang ketiga serbatahu