Monday, June 27, 2011

Refleksi Jenesys 2010 part 2

Woke, lanjut ke point kedua yakni Orang Jepang itu Apresiatif. Ini dia yang juga mulai langka ditemukan di negara kita. Bukan hanya kerja keras dan pengabdian bahkan juga barang pemberian. Terkadang apa yang telah kita lakukan atau berikan tidak dihargai sama sekali walau hanya dengan kata singkat tapi bermakna yakni terima kasih. Atau bahkan kita sendiri juga kurang apresiatif terhadap orang lain?
Di Jepang, dia sangat terkenal. Wuaaa. (Koara no machi) #abaikan. Di Jepang, pengalaman apresiasi yang aku rasakan adalah standing applause dan ungkapan terima kasih atas kontribusiku sekecil apapun. Contohnya, aku dua kali disuruh nyanyiin lagu anak-anak Indonesia di depan anak2 TK dan SD. Simpel kan? Tapi mereka sangat perhatian dan apresiatif dengan apa yang aku lakuin walau yang jelas mereka pasti mbatin, "Mas e nyanyi po nggremeng?" wkwk. (nggremeng=menggumam). Udah suaraku gak bagus, mereka gak mudeng bahasanya, tapi mereka antuasias dan meberi standing applaus usai aku perform. Terharu, hiks.
Bagaimana dengan Indonesia? Perform karawitan yang notabene nguri-uri budayane dhewe (re: melestarikan budaya sendiri) aja kadang gak diapresiasi, apalagi nyanyi lagu topi saya bundar. #eh
Begitu pula dengan pemberian. Walau aku gak pernah ngarepin timbal balik atas apa yang aku beri, tapi hati ini tetaplah seneng ketika yang kita beri mengucapkan terima kasih. Di Indonesia, siapa yang terkenal ya? #abaikan -__-". Di Indonesia, pengalaman paling menyakitkan yang aku alami adalah ketika usai memberi, temanku berkata "Opo iki?" "Ngene thok, aku duwe akeh!" (re: "Apa ini? Gini aja, aku punya banyak") Jleb jleb jleb T.T. ya maaf teman, kalo aku cuman bisa ngasih kayak gitu.
Di Jepang, sekecil  apapun, mereka pasti senang nerimanya, entah berapa kali mereka ngucapin ありがとう . super!

Thursday, June 16, 2011

Refleksi Jenesys 2010 part 1

Ya, kenapa aku post tulisan ini duluan? Karena saat orientasi sebelum ke negeri sakura dulu, kami pernah berjanji pada kakak-kakak pemberi materi untuk berbagi hal positif yang kami dapat selama 2 minggu tinggal di sana. Selain sharing secara verbal kepada anggota keluarga besar, teman-teman kelas, organisasi, beberapa adek kelas, sekarang aku pengen share lewat blog ini, semoga lebih banyak yang bisa baca dan tahu hal positif apa yang kami dapat dan dapat ditularkan kepada masyarakat luas.
Aku bikin part-part, yang isinya tiap poin, biar gak bosen bacanya, hhe. (padahal sing mau baca ini yo sopo jal? :p)
Oke, langsung ke poin pertama.
Orang Jepang itu disiplin. Ya, mereka sangat tepat waktu. Bukan hanya tiap individunya, namun juga sistem kehidupan di sana memang disiplin dan super tepat waktu. Tidak ada istilah jam karet atau melanggar karena aji mumpung seperti di Indonesia. Kedisiplinan sudah ditanamkan pada anak sejak dini dan terus diterapkan hingga dewasa. Yang membuat aku kagum di sana salah satunya adik perempuanku, tepatnya putri dari keluarga yang mau menjadi host familyku selama aku tinggal di sana yang namanya tidak boleh aku sebut tanpa ijin dari pihak AFS Jepang. Maaf ya? hhe. Suatu malam, saat aku selesai mengikuti kegiatan klub bahasa bersama host family, kami pulang menuju apartemen tempat tinggal kami dengan berjalan kaki. Saat itu jam 10 malam, waktu Jepang. Jam 4 sore aja udah gelap, di sana. Jalanan sungguh sepi, tak ada lagi kendaraan yang berlalu lalang. Saat kami hendak menyebrangi suatu persimpangan, tiba-tiba adikku menarik jaketku dan berkata "だめ!" yang artinya "Jangan!". "これはです!" yang artinya "Itu merah!" Aku malah jadi malu, kebiasaan di Indonesia. Yang masih merah itu lampu pejalan kaki, jadi di sana lampu pengguna kendaraan dan pejalan kaki ada sendiri2 dan berfungsi dengan baik. Tiap individu juga selalu sadar dan taat pada peraturan apapun keadaannya. Gak kayak di sini, mumpung gak ada yang lihat, wokeeee, jalaaan. haha.

Ada lagi yang lain, tentang sistem transportasi. Selain cerita supir bus di post AFS Jenesys part 2, yang paling bikin kagum adalah kereta listrik dan 新幹線 atau shinkansen, kereta tercepat di dunia yang kecepatannya sampai 700km/jam. Kalo kereta itu hanya menghubungkan tiap daerah atau kecamatan dan kabupaten/kota kalo di Indonesia. Sementara shinkansen menghubungkan provinsi di sana. Yang sama hebatnya adalah ketepatan waktunya. Ketepatan waktu kedatangan dan waktu tiba. Tidak molor bahan satu menitpun. Woow! Jika di jadwal tertulis kereta tiba puul 17.23, pukul 17.21 sudah terdengar suaranya, pukul 17.22 kereta sudah tiba dan ngerem, 17.23 bener2 sampe dan berhenti. Pintu mbuka, ceesss, greeek! Ada percakapan apa gitu, sesyong sesyong yang paling intinya penumpang diersilakan masuk. :D. Kalo di Indonesia molor setengah jam atau sampai satu jam masih dimaklumi. Kapan ya Indonesia bisa tepat waktu? Hmmm, penulisnya aja kadang masih suka molor :p.
Semog bermanfaat dan bisa dijadiin renungan :). Tunggu part2 jika Anda minat!

Come Back

Assalamu 'alaykum sobat blogger. Akhirnya aku bisa balik lagi ngurus blog ini setelah berjuang lama untuk masa depanku sendiri di UN SMA dan SNMPTN serta USM STIS. Hasilnya? Rahasia, mungkin bakal aku share kalo pengen :D. Yang penting adalah banyak hal yang bakal aku tulis di blog ini selanjutnya. Selain cerita Jenesys-ku yang tertunda, masih ada hal lain yang pengen aku tulis. Ini aku kasih bocoran dikit  (berasa penulis handal yang karyanya akan dinanti oran :p) : Refleksi Kegiatan Jenesys, Trilogi Singkat Kisah SMA, Tips Hadapi SNMPTN Undangan dan Tulis, dan Liburanku sambil nunggu dapet sekolah kali ini. Yang mau baca monggo! Yang mau ngakak saja liat tulisan ini juga monggo, itung2 tambah sehat. Here we go!