Saturday, January 01, 2011

AFS Jenesys 2010 Part 2

Di masa orientasi, kami sudah dipesani oleh kakak2 panitia agar kami menjaga tindakan kami, sebab perilaku kami akan menjadi interpretasi Indonesia di mata Jepang bahkan dunia. Namun maaf, di Kansai International Airport, kami sudah tunjukkan sisi negatif kami, norak (foto-foto, teriak, rekam video). Perlu diketahui bahwa, di Kansai International Airport, dilarang mengambil gambar dalam bentuk foto atau video. Di setiap tempat umum di Jepang, semua orang tenang. Tak terdengar suara conversation, hanya langkah kaki rush our, prok prok prok. Selanjutnya, lelet dan mbingngungi (hesyeh, jah, ngetike angel). Ketika kami diminta diisi lembar embarkasi, kami lama karena bingung dan contek2an (maklum, g paham bahasa jepang). Sampai-sampai, setelah 30menit hanya tersisa rombongan Indonesia di bandara itu, karena penumpang lain sudah selesai mengurus. Sorry, Indonesia, kami perbaiki citra kalian di kesempatan selanjutnya! Ikuti cerita selanjutnya, bagaimana kami membayar lunas ketledoran kami!

Di bandara, kami semua berpendapat kalo udaranya biasa-biasa aja ah. G dingin amat. Ya iyalah, AC nya diangetin kok, g kaya di Indonesia AC buat ngedinginin udara. Begitu keluar dari pintu bandara, brrrrr. Rasain tuh! 9 derajat C. Hah! Aku coba tu ngabab, hhe. Kembali ke jalan yang benar. Di sana, kami ditunggu 2 orang volunteer AFS Japan, bernama Sou dan lupa. Sorry ya? Hhe. Kami dipersilakan naik bus gedhe bernama Limousine, jadi langsung teringet ma temen-temen Olimpiade di Semarang T.T. Kami dibawa menuju ke sebuah tempat untuk mengikuti Arrival Orientation oleh AFS Japan. Selama perjalanan, kesan yang timbul adalah jalan sepi dan lancar karena banyak yang pake transportasi umum, pemandangan dan tata kota yang indah (bahkan pohon masih banyak, rindang, dan bersih di sepanjang jalan), tepat waktu BANGET. Nih ceritanya, saat kami naik bus, kami dijanjikan untuk mampir ke pusat perbelanjaan untuk beli apa yang kami butuhkan dan akan tiba di sana pukul 09.45 WITA. You know what? 09.42 bus masuk area parkir, 09.44 bus mulai berhenti, 09.45 tek pintu bus dibuka dan volunteer bilang silakan turun. Kembali lagi jam 10.15 ya?
Oh ya, pronunciation orang Jepang lucu lho!
Karena mereka g bisa bilang L dan mateni konsonan (gimana bilangnya dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar ya? Hmm). Contoh : attengsiong puris! Ai have important informasion for you (Attention please! I have information for you). Tapi sekali lagi, bukan bahasa yang menentukan kesuksesan, namun komunikasi. Itu terbukti, walau kadang bahasa Inggrisnya g bagus, yang penting maksud tersampaikan, kami paham dan melaksanakannya.
Walau sepertinya sempurna, orang jepang tak luput juga dari misscoordination dan kesalahan. Di perjalanan menuju spot seusai dari pusat perbelanjaan, volunteer kami meminta anak Country Mix untuk turun pindah bus, sementara Asian Mix stay on the bus. Padahal seharusnya sebaliknya. Itu membuang sekitar 15 menit. Nb: Country Mix (CM) tu grup yang terdiri dari sekitar 40 anggota dari berbagai negara. Ada 10 CM di Jepang, jadi selama stay di Jepang kita bakal ketemu dan kenal banyak orang dari banyak negara pula, g hanya ngobrol dengan orang Indonesia. Aku ada di CM6 bareng Gea, Karin, Rusda, Zul, dan Dewi yang dari Indonesia.
Begitu tiba di tempat orientasi, kami isi daftar absensi, mendapat buku panduan, 3 seragam Jenesys 2010( jaket, sweater, dan parka), uang saku 5.000 yen, dan makan siang. Saat itu pukul 14.00 WIT, aku diajak Kak Teguh dan Aufa untuk salat dhuhur jamak takhir asar di tempat orientasi. Perlu diketahui, jarak antar salat di Jepang sangat berbeda dibanding dengan Indonesia (subuh 05.30, dhuhur 11.47, asar 14.27, maghrib 16.48, isya 18.12). Kami harus ijin meninggalkan tempat dan pinjam ruangan kecil untuk salat. Ijin cukup sulit dan akhirnya kami diijinkan dengan waktu 10menit dan harus lapor saat kembali. Kami gunakan ruang panitia untuk salat. Pelajaran yang kami dapat bukanlah salat di Jepang itu sulit, tapi merasakan menjadi kaum minoritas. Di Indonesia, keluar rumah, mungkin di kanan kiri ada mushola setidaknya, sementara di Jepang? Hanya ada 2 masjid, yaitu di Kobe dan Tokyo. Itulah yang dirasakan teman-teman yang berbeda keyakinan di Indonesia. Hmm. Kami jadi makin paham mengenai perbedaan dan toleransi. Ciyee. Sesuai semboyan Jenesys yang bunyinya ”No one is correct, no one is wrong, just different.”
Seusai masa orientasi, kami dikelompokkan ke dalam grup CM atau AM yang sudah aku jelasin sebelumnya. Sebelum meninggalkan TKP, kami diajak jalan-jalan berkeliling sekitar danau yang aku lupa namanya :D, pokoknya bagus. Dalam jalan-jalan itu, aku mulai ajak berkenalan teman2 dari negara lain. Teman pertama yang aku kenal adalah Tai dari Thailand. Ternyata dia juga football lover seperti aku. Jadi, ketika percakapan mulai garing, kami alihkan ke masalah sepakbola. Tak hanya sepakbola, kami juga membahas masalah makanan dan bahasa. Yang saya tangkap adalah, orang Thailand suka makanan pedas dan beberapa bahasa Thailand yang bisa saya dapat adalah :
Sawaddii-hello, Sawaddii tonchao-good morning, Sawaddii tonhai-good afternoon, Rateesawad-good night, Sabaideemai-how are you, Yindeeteedairoojaj-nice to meet you.
Lumayanlah, g cuman nglatih bahasa Inggrisku, namun juga dapet bahasa2 dari negara lain selain yang paling penting, yaitu Jepang. Setelah itu kami masuk ke bus CM6, perjalanan menuju tempat menginap kami yang pertama.
Selama dalam perjalanan menuju Prince Hotel Otsu, kami memperkenalkan diri satu sama lain. Eits, bukan pake english tapi Japaneese. Kata volunteer AFS kami yang ada di CM6, Tomo dan Mary, kami diundang ke Jepang memang untuk mempelajari budaya Jepang, maka kami harus mencoba. I still remember how to introduce my self in Japaneese, here this is:
Watashi no namae wa Alif desu. Indonesia jin desu. Semarang kara kimashita. Juu-nana sai desu. Sakka ga daisuki desu. Douzo yoroshiku. Onegaishimasu.
(My name is Alif. I’m Indonesian, come from Semarang. 17 years old. I love soccer. Nice to meet you.)
Rasanya lucu pertama kali harus mengenalkan diri pake bahasa Jepang. Walau udah 2 tahun belajar bahasa Jepang di sekolah, jujur, aku belum pernah diminta mengenalkan diri pake bahasa Jepang.
Tak terasa, kami tiba di TKP. Before we left the bus, Tomo and Mary distributed card rooms for us. (G ko Indonesia, kamar e jek nganggo kunci, ki canggih, nggo ne kartu dengan sensor :D. Jujur, niki hotel paling mewah ingkang pernah kula singgahi ngantos yuswa kula sakniki). There were 3 people in every room, and every one have their own card room. My roommate were Tai from Thailand, and Jimmy from Malaysia.
Aku ngrasa bruntung karena ternyata mereka ramah dan terlebih lagi, Jimmy g ngajak kisruh masalah budaya dengan aku. Biasanya, dari tahun ke tahun anak Malaysia hobi ajak geger masalah budaya dengan anak Indonesia.
Walau sepertinya hepi, ternyata di Jepang kami tak lepas dari tugas -__-. Dalam orientasi tadi, kami diberi workbook, yang ternyata harus kami kerjakan beberapa halamannya tiap hari. Namanya juga workbook.
Oh ya, maklum, tiyang dusun, ada yang bikin aku kagum tapi bingung di hotel itu. TOILET! Tapi bukan TOILET nama kelasku di SMA N 3 Semarang. Toiletnya penuh tombol, dan ternyata menggunakan sensor. Tak ada bak air, tak ada selang. Ini cara pakenya (hhe), tempelkan ibu jari kanan di pembaca sensor agar ketika kita menekan tombol, tombol yang kita tekan berfungsi. Pernah aku tak percaya da tak meletakkan jariku di sana dan memang tak berfungsi. Tombol yang ada adalah pengatur suhu dan kekuatan semprotan air, pengatur suhu tempat duduk, tombol bergambar wanita yang g aku coba dan tombol bilas. Sensornya memang berfungsi mendeteksi bagian tubuh kita yang akan disemprot yang tak lain tak bukan adalah asshole :D. Jangan dicoba yang ini, aku goyang pantat ke kanan, semprotan air juga geser ke kanan, ketika aku geser ke kiri juga ikut ke kiri, begitu pula atas bawah :D. Pantat itu benar2 bersih dan tisu hanyalah sebagai lap untuk mengeringkan pantat. Haha
Mandi, tidur, to be continued ...
Tunggu part 3!

2 comments:

  1. Ihii, nduwe blog tho Lif??
    Aku lagi publish nang notes ki, durung kupindah ning blog

    ReplyDelete
  2. Hotel di Indonesia juga ada yang udah pakai kartu, Mas. Tapi kalau sensor err... Hehehe.

    ReplyDelete