Tuesday, July 24, 2012

Siapa yang lucu? Siapa yang aneh?


Marhaban Yaa Ramadhan. Alhamdulillah, akhirnya kita bisa bertemu kembali dengan bulan suci nan penuh berkah ini lagi. Sebenarnya cukup telat sih bilang selamat datang untuk Ramadhan mengingat udah hamper seperempat perjalanan. Hehe. But, still better late than nothing at all. Alhamdulillah pula karena akhirnya aku sadar kalau blog ini sudah cukup lama tak terurus. Oke, mumpung masih bulan ramadhan, aku pengen bahas dikit mengenai isu hangat tentang ramadhan. Tepatnya bukan pembahasan sih, melainkan hanya pandangan personal semata. Boleh kan? Ini blog, blogku juga. Terserah dong, mau diisi apa. Ya gak? Haha. Yang penting masih banyak manfaat dari pada mudharatnya. Insyaallah.
Okay, hal yang pengen aku certain ke kalian pada pos perdana di bulan ramadhan ini adalah Penentuan Awal Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia. Yup, isu ini masih anget-anget tai ayam di pikiran kita. Tapi jangan dibayangkan kalo dalam pikiran kita ada tai ayam yang anget. Ini hanya kiasan semata, bung. Haha. Oke, kembali ke topik. Kalian ngerasa ada yang aneh dengan negara ini gak, kawan? Pasti iya. Sosial, ekonomi, bahkan termasuk urusan religi macam ini. Masa sampe awal ramadhan dan syawal aja diperdebatkan? Masih banyak hal penting yang bisa dibahas bareng untuk dicarikan solusi masalahnya wahai Bapak Ibu Pejabat. Bukan untuk memanas-manasi antara satu kaum dengan kaum lain yang berbeda pendapat mengenai awal ramadhan dan syawal sih. Sekali lagi ini hanya pendapat seorang konyol yang sedang belajar menyampaikan pendapat.

Oke, sebelum ke pendapat-pendapat liarku, tak kasih prolog dikit dulu lah tentang metode-metode penentuan awal awal ramadhan, syawal ataupun bulan hijriah yang lain. Dapetnya dari tipi, baca koran dan beberapa literature lain.  Mungkin kalian juga sedikit banyak udah tau. Yup, metode yang lazim dipake adalah Hisab dan Rukyat. Bedanya apa? Kalo metode hisab itu menggunakan penghitungan matematika dan fisika langit atau yang lebih dikenal sebagai astronomi atau ilmu falaq. Sementara kalo rukyat itu pake pengamatan. Aku gak akan bahas panjang lebar perbedaan penggunaan metode-metode itu. Tanya mbah google kan bisa. Hehe. Yang pengen tak bahas, kembali, adalah Awal Ramadhan dan Idul Fitri di Indonesia. Bukan penentuannya deng, tapi lucunya aja deh. Kalo kalian gak ngakak atau merasa garing setelah baca pos ini, kalian anggep judulnya “Anehnya” aja juga boleh kok.
Oke lagi, oke lagi, ngalor ngidul tak jelas juntrungannya ini pos. Kali ini, beneran ini dia lucunya negara kita dalam menentukan awal ramadhan dan syawal :
1.    Ngapa gak pake hisab aja?
Gini lho, biasanya penentuan imsak, waktu solat, kapan bakal terjadi gerhana matahari atau gerhana bulan itu pasti pake metode hisab yang diitung-itung pake rumus ini rumus itu. Hasilnya? Akurat! Belum pernah ada selisih hasil hitung sampai menit, jam, bahkan hari kan? Gak pernah didebatkan kan?
Bukannya aku menyudutkan atau menyalahkan pemerintah yang lebih seneng nawang rembulan (re: mengamati bulan) atau istilah nge-topnya pake metode rukyat. Bagus sih, sekalian belajar cara makai teropong yang benar sekaligus semakin bersyukur dan menyadarkan betapa hebatnya ciptaan-Nya yakni mata kita. Ciptaan manusia berupa teropong hanyalah alat bantu. Alat utama dalam nawang rembulan adalah mata. Teropongnya keren, matanya gangguan, percuma kan? Nah to, sadar gak kalian kalo paragraph ini kembali muter2? Haha
Kembali ke topik. Yang aku sesalkan dari penggunaan metode ini di Negara kita ini adalah tidak adanya kepercayaan pada pengamat. Setauku, di jaman rasul, kalo ada sahabat yang sudah melihat hilal, dia disumpah, maka malam itu tarawih dan keesokan harinya umat muslim melaksanakan puasa. Di Negara kita? Pengamatan dilakukan di berbagai tempat. Yang liat disumpah. Cuman, anehnya keputusan diambil dengan membandingkan mana yang lebih banyak, yang liat ato gak liat -__-“.

2.    Ngapa mesti ada sidang isbat?
Mau dibilang sebagai ajang praktek demokrasi boleh dah. Tapi ini agama, bung. Seharusnya bukan untuk bahan tawar menawar. Semuanya fix. Ada aturan dan pedomannya. Ya gak? Contoh aja nih, kalo pemerintah salah menentukan hari raya yang harusnya jatuh hari ini tapi diputuskan besok, kacau kan? Berarti yang puasa kan sama aja puasa di hari raya yang artinya puasanya haram. Kasian juga kan pemimpin sidang isbatnya kalo ntar dimintai pertanggung jawaban di akherat atas kesalahan dosa umat.
Negara di barat yang notabene lebih canggih teknologi dan sainsnya (semoga sementara saja deh, kapan Indonesia bangkit? Ayo, kita bisa!) pasti juga melakukan perhitungan dan pengamatan yang mantap untuk menentukan awal Ramadhan atau Hari Raya. Kenapa aku ambil contoh Negara di Barat? Karena kita ada di Timur mereka. Lha so? Kenapa woyy?
Gini lho, logika simple aja deh. Matahari terbit di timur yang berarti Negara-negara di wilayah timur memulai hari-harinya lebih awal dibanding Negara-negara Barat. Nah, kalo kita liat Negara barat macam Arab, Jerman bahkan Spanyol (untuk tahun ini) menentukan awal Ramadhan jatuh pada hari Jumat. Kenapa kita ambil Sabtu? Sadar, bos! Kita di timur mereka. Haha
Satu lagi yang jelas. Sidang isbat kan butuh anggaran gede. Buat akomodasi dan konsumsi seluruh pejabat dan petinggi ormas yang hadir. Kan lebih bagus kalo disimpan, disodaqohkan atau gimana kek. Hehe

Sekali lagi, ini hanya ocehan bocah semata. Kalo analisisku gak masuk dan gak nunjukin kalo Negara kita aneh, mungkin penulisnya yang aneh. Yaa, umat Islam tetaplah satu. Kita memang boleh berbeda-beda. Namun kita semua ini ibarat bangunan besar yang memang tersusun atas material yang berbeda-beda namun saling menguatkan.
Semoga gak nyesel deh buang-buang sekitar 5-10 menit baca pos ini. HeheKalo ada salahnya yaa penulis juga manusia, sewarnya mohon maaf yang sedalam-dalamnya. Wassalamu ‘alaykum Wr. Wb. Berasa pidato deh :p

No comments:

Post a Comment